Jumat, 23 Agustus 2013

Puisi Malam

Melihat cahaya bulan,
Meniti sejarah di peraduan,
Mengamati seksama alam raya,
Menjawab tanya orang sana,
Mencoba menyelami kehidupan,
Mencoba menggapai asa,
Menari dan bernyanyi,
Menyambut hari yang baru,

Tak pernah kusangka,
Seseorang datang dengan tangannya,
Merangkul mencoba memahami,
Menjadi sosok tak terganti,

Terima kasih sayang,
Semuanya menjadi begitu mudah,
Cintaku untuk mu selamanya,

Selasa, 20 Agustus 2013

MENANGIS YANG SEPERTI APA???

Siapa bilang aku cengeng? Siapa bilang juga aku kuat?


Kata orang, wanita itu lemah. Sedikit-sedikit nangis. Ada beban sedikit nangis. Tapi tidak semua wanita itu lemah lhoo. Mungkin untuk sebagian wanita, menangis adalah cara termudah untuk melampiaskan perasaan, karena au sedih kebanyakan wanita ketika marah atau sedih merasa tidak sanggup melakukan apapun lagi, bahkan untuk menyelesaikan masalahnya sendiri ia merasa tidak mampu. Tapi tidak sedikit juga wanita yang pantang untuk menangis, seberat apapun masalah yang ia hadapi. Dan mungkin saya salah satunya. #lagi-lagi saya curcol

Saya adalah orang yang sangat pantang untuk menangisi hal-hal sepele yang menurut saya tidak pantas untuk ditangisi. Saya lebih suka duduk menyendiri ketika saya memiliki masalah. Bagi saya itu lebih membantu menenangkan pikiran saya. 

Namun hal itu juga hal yang baik untuk terus dilakukan kawan. Ada saatnya diman kita memang butuh untuk menangis, tetapi menangis yang sewajarnya. Namun ada pula saatnya kita untuk menangis sekencang-kencangnya untuk melepaskan semua beban yang kita rasakan.

Bukankah kita tidak boleh terlalu berlebihan merespon sebuah masalah? hadapi dengan sewajarnya yang kita bisa. Namun ketika kita tak dapat lagi menahan perasaan sedih dan gundah, maka jangan ragu untuk mengizinkan mata kita mengeluarkan sedikit saja perasaan gelisah itu lewat air mata. Dan ketika kita terus menerus menahan perasaan kita dalam menghadapi masalah-masalah, akan tiba saatnya kita berada dititik tertendah. Titik dimana kita merasa tak sanggup lagi melakukan apapu untuk orang lain bahkan untuk diri kita sendiri, maka itulah saat yang tepat untuk kita keluarkan semuanya. Jangan ragu kawan, menagislah jika ingin menangis. Bukan hanya untuk wanita, tetapi untuk laki-laki juga.

Siapa bilang laki-laki itu selalu kuat dan tak pernah menangis? Siapa bilang laki-laki yang menangis adalah Banci? Dia yang berkata begitu hanyalah mereka yang takut di anggap lemah. 

Kawan, untuk saya, menangi adalah sesuatu yang perlu untuk dilakukan. Tapi menangis yang seperti apa? Ialah menangis yang dapat membuat hati lega dan ringan. Bukan menangis hanya sekedar meraung-raung tanpa ada hasil untuk perasaan kita sendiri. 

So, menangislah jika ingin menangis, tapi tersenyumlah saat air matamu telah tak ingin keluar lagi. Keep your Smile

Arti Pasangan yang Sesungguhnya




Ketika kita berbicara tentang pasangan, apa yang ada dipikiran kita?

Pasangan. Apa yang ada dipikiran anda sekarang? Pacar? Suami? Istri? Sahabat? Teman dekat? Apa pun yang ada dipikiran anda, itu pasti berhubungan dengan cinta dan kasih sayang.

Yang akan saya bahas disini adalah pasangan dalam arti antara perempuan dan laki-laki. Bisa pacar atau suami maupun istri. Menurut pandangan saya, pasangan adalah sesorang yang dapat menerima keadaan kita apapun itu, tak perduli itu akan menguntungkan atau bahkan merugikan. Tak peduli bagaimanapun posisi dan derajat kita. mungkin bagi sebagian orang, itu hanya kata-kata yang tidak pernah kita lihat bukti nyatanya. Namun, sebagai seorang perempuan, saya benar-benar yakin bahwa pria seperti itu memang ada. 

Sedikit saya akan menceritakan tentang pasangan saya. Sekedar untuk barbagi. #berbagi apa curcol??? Hehehe

Ketika itu saya hampir tak percaya lagi dengan laki-laki, karena memang yang nama nya ditinggal tanpa penjelasan jauh lebih sakit dari pada ditinggal selingkuh. Kawan, kalian harus tau, ketika kita menjalin sebuah hubungan, kita akan mencapai saat-saat yang disebut "titik jenuh". Dan saat kita sampai ditahap ini, maka seharusnya jika memang benar-benar serius kita pasti bisa melewatinya. Namun, apa yang terjadi dengan hubungan saya? NIHIL. Nol Besar. Dan saya sadar, bahwa bukan dia pasangan sejati saya. 

Lalu saya bertemu seseorang. Awal saya bertemu, saya pikir dia adalah sosok yang sangat mempunyai wibawa yang besar, yang pasti orangnya tidak konyol. Saya tertarik, sangat tertarik. Tapi saya belum cinta saat itu, dan saya jujur padanya. Dia paham, dia mengerti. Dia sama sekali tidak protes, bahkan yang membuat saya tersentuh adalah ketika dia selalu menanyakan pada saya, "berapa persen sudah cintamu untukku?". Oh My God, setiap hari dia menanyakan pertanyaan yang sama. 

Itu hanya kejadian kecil yang membuat saya percaya padanya, terlebih saya percaya dialah Insya Allah pasangan sejati saya. Dia membuat saya sadar, bahwa pasangan harus benar-benar menerima setulus hati. Karena akhirnya saya tau kekonyolan-kekonyolannya yang tersembunyi jauh didalam dirinya.

Kawan, pasangan bukanlah seseorang yang memiliki banyak kelebihan agar dapat menutupi kekurangan kita, pasangan bukanlah orang yang dapat kita jadikan tempat sampah dalam artian bukan sebagai tempat meluapkan rasa kesal dan yang lainnya, pasangan juga bukan seseorang yang dapat kita peralat karena dia mau melakukan segalanya untuk kita. Tetapi, pasangan adalah tempat kita berbagi kekurangan dan kelebihan, pasangan adalah orang yang sebisa mungkin kita perlakukan dengan baik dan selalu bersedia menjadi pegangan dan sandarannya, dan pasangan adalah tempat kita untuk menjadi yang terbaik dengan memenuhi di keinginannya selama kita mampu dan tak lewat dari batas wajar.

Sayangilah dengan sepenuh hati selama kita masih bisa memilikinya, kawan. Karena ketika kita sudah tak dapat melihat senyumnya lagi, maka saat itulah kita beru akan tersadar bahwa dia pasangan sejati kita atau bukan. Dan saat kita menyadari dia adalah pasangan sejati kita, hanya rasa sesal yang akan kita rasakan, karena tidak pernah mencoba untuk melakukan yang terbaik.

Jadi, terimalah pasangan kita apa adanya. jangan pernah melihat hanya dari fisik atau materi. Lihatlah jauh kedalam hatinya. Dan lihat ketulusan seperti apa yang dia berikan.

Keluarga dan Diri Sendiri

Ini adalah cerita yang saya ambil dari pengalaman saya sendiri. Semoga dapat bermanfaat. Selamat membaca...

Dulu saya adalah orang yang sangat egois, mementingkan diri saya sendiri. Saya tidak perduli orang lain mau bicara apa tentang saya. dan saya tidak peduli apakah saya buruk atau tidak didepan mereka. Yang penting untuk saya hanyalah satu, yaitu saya bahagia. Dan saya akan melakukan apapun untuk membuat diri saya bahagia, meskipun dengan cara-cara yang tidak harusnya saya lakukan. 

Dan suatu hari saya merasakan kesalahan yang begitu besar terhadap orang tua saya. Saya pernah menganggap mereka tidak menyayangi saya, dan hanya menyayangi kakak saya. Perasaan iri yang tidak beralasan. Hanya karena kakak saya tidak tinggal serumah dengan saya, dan ketika mereka bertemu untuk melepas rindu, saya dengan seenak hati saya menganggap bahwa saya tidak diperlakukan seperti itu. Saya tidak pernah paham, itu adalah sikap alami orang tua yang tinggal berjauhan dengan anaknya.

Saya memang buta waktu itu, saya tidak pernah mau melihat apa yang sudah dilakukan orang tua saya untuk saya, saya hanya melihat apa yang sudah mereka lakukan untuk kakak saya. Dan bodohnya saya, dengan wajah tidak berdosa saya menyatakan itu kepada ibu saya. Dan tak tanggung-tanggung dengan nada suara yang tinggi. Saat itu saya lihat wajah lirih ibu saya. Dan saya tetap tidak peduli. Saya tetap meneruskan kata-kata kejam saya, saya terus melukai perasaannya. 

Esok harinya, saya sakit. Ketika itu saya terkena infeksi saluran urine. Perut saya sakit sekali. Dan saat itu saya lihat, betapa kedua orang tua saya sangat panik, sangat khawatir. Wajah mereka saat itu, ekspresi yang timbul di wajah mereka tidak akan pernah saya lupakan. Mereka berlari kesana kesini meminta bantuan. Bahkan ibu yang sudah saya lukai hatinya, menangis karena takut saya kenapa-kenapa. 

Saat di perjalanan kerumah sakit, di dalam mobil ibu saya meletakkan kapala saya di pahanya. Sambil terus beliau elus kepala saya, tetap dengan air mata yang terus mengalir. Saat itu saya merasa, saya betul-betul tidak tau terima kasih, saya merasa sayalah satu-satunya anak yang paling durhaka. Bahkan kakak saya juga turut menemani saya sampai saya tidak merasa sakit lagi.

Mungkin kita bisa saja menganggap orang tua kita, dan keluarga kita tidak pernah memperlakukan kita dengan baik. Tapi ketahuilah satu hal kawan, orang tua kita menyayangi kita lebih dari yang kita pikir. Bahkan lebih dari yang bisa kita pikir. Mereka memiliki sebuah mutiara dalam hatinya, meskipun kecil namun itu sangat berharga. Itulah yang kita sebut "ketulusan". Tak akan pernah ada mutiara seberharga itu yang dimiliki orang lain untuk kita. Maka jagalah mutiara itu, dan jangan sampai itu justru menjadi boomerang untuk kita karena banyaknya dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan. Selalu tekankan dan tanamkan dalam hati kita, I LOVE MY FAMILY